Bulan ini desa-desa penghasil padi mulai memasuki musim panen. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Marwan Jafar mengimbau desa dapat memanfaatkan panen ini, untuk memperkuat stok beras desa melalui lumbung pangan desa.
Apalagi, katanya, lumbung pangan desa selama ini berfungsi sebagai cadangan pangan desa untuk mengatasi masa paceklik.
"Saya inginnya lebih dari itu, lumbung pangan desa berfungsi juga sebagai cadangan beras nasional di luar cadangan beras Pemerintah yang dikelola Perum Bulog, jadi bisa ikut membantu Pemerintah mengatasi kekurangan pasokan beras yang menyebabkan harga beras melambung seperti kemarin," ujar Marwan, di Jakarta, Minggu (15/3/2015).
Seperti diketahui, hampir sebulan ini harga beras melonjak hingga Rp 12 ribu per kilogram, lonjakan tersebut diperkirakan karena semakin menurunnya suplai beras yang masuk ke pasar. Beras mentik wangi, misalnya, yang semula hanya dijual Rp 10.800 per kilogram, kini dijual dengan harga Rp 12.500 per kilogram.
Sementara, beras jenis C4 yang semula hanya dijual Rp 9.500 per kilogram kini dijual Rp 11.000 per kilogram, jenis beras C4 Super Rp 9.500 per kilogram kini menjadi Rp 11.500 per kilogram dan Pandan Wangi yang sebelumnya dijual Rp 11.000 per kilogram kini Rp 12.500 per kilogram.
Menurut Marwan, lumbung pangan desa harus dikembangkan menjadi lembaga usaha desa berbasis pangan yang dibentuk dan dikelola oleh desa yang bergerak di bidang penyimpanan, pendistribusian, pengolahan dan perdagangan beras dan bahan pangan pokok lainnya.
Karena itu, Menteri Marwan menegaskan, lumbung pangan desa paling tepat dikembangkan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), karena kelembagaan BUMDes telah memiliki payung hukum dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
"BUMDes adalah lembaga usaha desa yang dibentuk dan dikelola bersama oleh masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa" terangnya.
Marwan menambahkan, BUMDes pangan inilah yang akan menjalankan berbagai kegiatan mulai dari pra panen sampai dengan pasca panen. Termasuk di dalamnya adalah pengadaan gudang lumbung pangan, lantai jemur gabah, sarana produksi pertanian, sarana pengolahan hasil panen semacam gilingan padi, kios beras dan sebagainya
"Jadi BUMDes pangan ini tidak hanya menampung hasil panen sebagai cadangan pangan desa, tetapi juga untuk menunda penjualan (tunda jual) untuk mengatasi merosotnya harga pangan pada saat panen raya yang sangat merugikan petani,” ujarnya.
Lebih lanjut, Marwan mengatakan, BUMDes pangan juga untuk memberikan bantuan pinjaman murah kepada petani desa untuk membeli benih pupuk dan kebutuhan lainnya, membantu peningkatan kualitas serta mengolah hasil pertanian, ikut memasarkan produk pertanian pada saat yang dikehendaki serta mempunyai usaha produktif di bidang pangan.
"Sehingga bisa memberikan nilai tambah bagi anggotanya, mendorong munculnya peluang usaha baru bagi warga desa, mengurangi pengangguran, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menghasilkan pendapatan yang menambah income kas desa" beber Marwan.
Lebih jauh, politisi PKB ini menjelaskan, pembentukan BUMDes pangan dapat dibiayai dari Dana Desa yang akan mulai turun bulan April nanti. "Ini kan nanti April ada Dana Desa, bisa digunakan untuk membentuk BUMDes tersebut, tentunya setelah diputuskan oleh pemerintah desa bersama masyarakat setempat dalam suatu musyawarah desa," katanya.
0 komentar:
Post a Comment